Cara Tepat Investasi Reksadana Agar Untung Maksimal, Bukan Cuma Ikut Tren

kerjabosMinggu, 28 September 2025 | 06:56 WIB
Cara Tepat Investasi Reksadana Agar Untung Maksimal, Bukan Cuma Ikut Tren

Kerjabos.com - Reksadana sudah lama jadi primadona investasi, terutama bagi kita para pemula. Alasannya jelas: modal terjangkau dan dikelola oleh ahlinya alias Manajer Investasi (MI). Kita tinggal duduk manis, sementara dana dikelola secara profesional. Praktis!

Namun, di tengah kemudahan ini, banyak investor pemula yang memilih secara “barbar”—asal ikut-ikutan tren atau memilih karena imbal hasil jangka pendek yang menggiurkan. Padahal, pasar keuangan itu dinamis, bahkan cenderung volatil seperti yang kita lihat sepanjang tahun 2024.

Kita melihat gejolak pasar saham dan obligasi, meskipun di sisi lain Reksadana Pasar Uang (RDPU) justru menunjukkan pertumbuhan dana kelolaan yang signifikan dan stabil.

Lantas, bagaimana cara memilih reksadana terbaik dengan tepat agar cuan kita optimal? Kuncinya ada pada perencanaan, bukan cuma sekadar ikut-ikutan.

Kenali Diri Kamu: Profil Risiko dan Tujuan Investasi

Memilih reksadana itu seperti memilih kendaraan. Tujuannya ke mana? Siapa yang mengemudi? Seberapa besar daya tampung risiko yang kamu miliki?

Tentukan Tujuan dan Jangka Waktu Investasi

Sebelum kamu klik tombol beli, tanyakan pada diri sendiri: untuk apa uang ini?

  • Jangka Pendek (Kurang dari 1-2 Tahun): Cocok untuk dana darurat, liburan, atau DP. Pilih yang risikonya paling rendah, seperti Reksadana Pasar Uang (RDPU). Jenis ini relatif stabil karena mayoritas diinvestasikan pada deposito dan obligasi jatuh tempo pendek.
  • Jangka Menengah (2-5 Tahun): Target dana menikah atau biaya pendidikan anak. Kamu bisa mempertimbangkan Reksadana Pendapatan Tetap. Risikonya lebih tinggi dari RDPU, tetapi imbal hasilnya juga lebih potensial karena fokus pada obligasi.
  • Jangka Panjang (Lebih dari 5 Tahun): Target dana pensiun atau membeli rumah. Kamu bisa melirik Reksadana Saham atau Reksadana Campuran. Risiko tergolong tinggi karena mayoritas dana diinvestasikan di saham, namun potensi imbal hasil jangka panjangnya juga paling besar.

Pahami Toleransi Risiko Kamu

Tiap orang punya batas toleransi kerugian yang berbeda. Penting untuk jujur pada diri sendiri tentang sejauh mana kamu siap melihat nilai investasimu turun.

  • Konservatif (Cari Aman): Pilih RDPU. Kamu mengutamakan keamanan modal dan tidak suka melihat nilai investasi berfluktuasi.
  • Moderat (Tengah-Tengah): Pilih Reksadana Pendapatan Tetap atau Campuran. Kamu siap menghadapi fluktuasi jangka pendek demi imbal hasil yang lebih baik.
  • Agresif (Berani Ambil Risiko): Pilih Reksadana Saham. Kamu paham bahwa risiko tinggi sebanding dengan potensi keuntungan tinggi dalam jangka panjang.

Teliti Sebelum Beli: Kriteria Memilih Produk Reksadana Terbaik

Setelah mengetahui profil kamu, saatnya melakukan riset produk. Jangan hanya tergiur imbal hasil (return) tinggi dalam setahun terakhir, sebab performa masa lalu tidak menjamin kinerja di masa depan. Kita harus melihat gambaran yang lebih luas.

1. Reputasi Manajer Investasi (MI)

Ini adalah kriteria yang paling penting. Manajer Investasi yang mengelola dana kamu harus memiliki rekam jejak dan tata kelola yang baik. Pastikan MI dan produk reksadananya terdaftar serta diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Reputasi yang baik mencerminkan kepercayaan publik.

2. Dana Kelolaan (Asset Under Management/AUM)

AUM adalah total dana yang dikelola oleh sebuah produk reksadana. Semakin besar AUM-nya (misalnya, di atas Rp500 miliar), umumnya semakin tinggi tingkat kepercayaan investor terhadap Manajer Investasi dan kualitas produk tersebut. AUM yang besar juga seringkali menunjukkan bahwa reksadana tersebut sudah teruji di pasar.

3. Konsistensi Kinerja Jangka Panjang

Alih-alih cuma melihat imbal hasil satu tahun, perhatikan konsistensi kinerja selama 3 hingga 5 tahun terakhir. Reksadana terbaik adalah yang mampu mencetak imbal hasil positif secara konsisten, bukan yang naik drastis lalu turun tajam.

4. Tingkat Risiko (Max Drawdown)

Setiap investasi pasti berisiko. Untuk mengukur risiko penurunan sebuah reksadana, kamu bisa melihat indikator Max Drawdown. Ini adalah persentase penurunan maksimum dari titik tertinggi ke titik terendah dalam periode tertentu. Angka ini membantu kamu melihat seberapa besar potensi kerugian yang pernah dialami reksadana tersebut. Pastikan angka drawdown ini masih bisa kamu toleransi.

5. Biaya Pengelolaan (Expense Ratio)

Expense Ratio adalah persentase biaya yang dikeluarkan MI untuk mengelola reksadana, seperti biaya kustodian dan biaya manajemen. Semakin kecil angka ini, semakin efisien pengelolaan dan semakin besar potensi keuntungan yang bisa kita terima. Carilah produk dengan expense ratio yang kompetitif.

Strategi Jitu: Diversifikasi dan Konsistensi

Pasar akan selalu naik dan turun. Jangan biarkan emosi mengambil alih keputusan investasi.

  • Diversifikasi: Jangan menaruh semua telur di satu keranjang. Alokasikan dana kamu ke beberapa jenis reksadana (misalnya, RDPU untuk dana darurat dan Reksadana Saham untuk dana pensiun) atau ke beberapa produk berbeda dengan MI yang berbeda pula. Diversifikasi akan membantu mengendalikan risiko portofolio.
  • Konsisten dengan Dollar Cost Averaging (DCA): Strategi investasi rutin tanpa mempedulikan kondisi pasar. Dengan berinvestasi secara teratur (misalnya setiap bulan), kamu akan mendapatkan harga rata-rata dalam jangka panjang, sehingga tidak perlu pusing memikirkan waktu yang tepat (market timing) untuk membeli.

Dengan menerapkan cara-cara ini, kita tidak lagi memilih reksadana secara barbar, melainkan dengan cerdas, terencana, dan sesuai dengan tujuan finansial kita. Yuk, jadikan investasi sebagai kebiasaan yang bijak demi masa depan keuangan yang lebih terjamin!